by : Achmad Hambali
Hari
Raya Idul fitri merupakan momen sakral yang dinanti-nanti umat Islam di seluruh
dunia. Setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan,
Idulfitri menjadi saat yang tepat untuk saling memaafkan, mempererat tali
silaturahmi, serta memperkuat nilai-nilai kemanusiaan seperti toleransi dan
kepedulian sosial. Namun, seiring berkembangnya zaman dan meningkatnya konsumsi
selama perayaan Lebaran, muncul tantangan baru yang perlu diperhatikan: dampak
lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk membingkai perayaan Idulfitri dalam
semangat yang tidak hanya religius dan sosial, tetapi juga ekologis.
Tradisi
Lebaran di Indonesia sangat kaya, mulai dari tradisi mudik hingga saling mengunjungi
keluarga dan kerabat. Berbagi makanan khas seperti ketupat, opor, dan kue-kue
kering selalu menjadi hal wajib yang tak terlupakan. Sayangnya, kegiatan ini
juga menghasilkan limbah dalam jumlah besar, seperti plastik dari bungkus
makanan, sisa makanan yang terbuang, hingga emisi karbon dari kendaraan
bermotor selama arus mudik. Kesadaran akan isu-isu ini belum sepenuhnya tumbuh
di kalangan masyarakat. Padahal, menjaga lingkungan adalah bagian dari tanggung
jawab moral dan spiritual umat manusia, termasuk dalam ajaran Islam.
Islam
sendiri mengajarkan prinsip kesederhanaan (zuhud),
tidak berlebih-lebihan (israf), serta
menjaga ciptaan Tuhan (khalifah fil ard).
Oleh karena itu, sudah seharusnya semangat Idul fitri juga menjadi momentum
untuk memperkuat kesadaran ekologis. Mulai dari mengurangi penggunaan plastik
sekali pakai saat membungkus makanan, memanfaatkan kembali wadah yang dapat
digunakan ulang, hingga mengolah sisa makanan menjadi kompos atau memberikannya
kepada yang membutuhkan. Tindakan-tindakan kecil ini bila dilakukan bersama
dapat membawa dampak besar terhadap kelestarian lingkungan.
Selain
itu, hari raya idul fitri juga merupakan saat yang tepat untuk memperkuat nilai
toleransi antarumat beragama dan antar kelompok sosial. Dalam semangat Idul fitri
yang penuh kasih dan pengampunan, kita diajak untuk membuka hati, tidak hanya
kepada sesama Muslim, tetapi juga kepada saudara-saudara sebangsa dan setanah
air, tanpa memandang latar belakang agama, suku, atau budaya. Toleransi dan
kepedulian terhadap sesama ini bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti
berbagi makanan dengan tetangga berbeda keyakinan, menyapa dan memberi ucapan selamat
kepada siapa pun, atau menjaga ketenangan dan kenyamanan lingkungan selama
perayaan berlangsung.
Menggabungkan semangat toleransi dan kesadaran lingkungan dalam perayaan Idulfitri bukanlah hal yang mustahil. Bahkan, ini bisa menjadi langkah awal menuju budaya baru yang lebih berkelanjutan dan inklusif. Bayangkan jika setiap keluarga memulai tradisi Lebaran dengan meminimalisasi limbah, mendaur ulang, serta melibatkan semua lapisan masyarakat dalam suasana kebersamaan yang hangat. Lebaran akan terasa lebih bermakna, bukan hanya sebagai hari kemenangan spiritual, tetapi juga sebagai kemenangan atas egoisme dan ketidakpedulian terhadap sesama dan lingkungan.
Akhirnya, Lebaran bukan hanya tentang baju baru atau makanan melimpah, tetapi juga tentang pembaruan jiwa, mempererat hubungan antar manusia, dan membangun kembali komitmen terhadap bumi tempat kita berpijak. Idulfitri yang ramah lingkungan dan penuh toleransi adalah wujud nyata dari keimanan yang berakar pada kasih sayang, tanggung jawab, dan kepedulian.
#ToleransiDiHariRaya
#Salingjaga
#LingkunganHariRaya
0 Post a Comment:
Posting Komentar